Bandar Lampung, RD – Suasana aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Lampung, Senin (1/9), sempat memanas ketika massa meminta kawat berduri dibuka. Satu pagar kawat berduri sempat dibuka, namun polisi kembali memasang palang dan kawat berduri tersebut.
Situasi berubah ketika waktu salat zuhur tiba. Seorang anggota polisi mengumandangkan azan. Massa pun menghentikan aktivitasnya sejenak dan tidak melakukan aksi, memilih berdiam sementara.
Usai azan dikumandangkan, perwakilan aksi kembali melakukan negosiasi dengan Kapolresta Bandar Lampung, Kombes Alfret Jacob Tilukay. Ia berjanji akan membuka kawat berduri dengan syarat massa tidak melakukan tindakan anarkis.
“Berikan jaminan kepada kami, yakinkan tidak melakukan aksi anarkis. Kawat berduri akan dibuka dan perwakilan diberi kesempatan untuk berdialog,” ujarnya melalui pengeras suara.
Sebelumnya, polisi memang sempat membuka pagar kawat berduri pertama. Namun, untuk pengamanan lanjutan, polisi memasang portal di depan gerbang DPRD dan kembali menambah kawat berduri di dalam.
Massa mahasiswa tetap mendesak agar kawat berduri dibongkar. Meski begitu, polisi meminta mereka menahan amarah dan menenangkan diri. Petugas juga memandu massa bersalawat.
Sebelumnya, perwakilan mahasiswa telah melakukan negosiasi di depan pagar kawat berduri. Mereka menuntut agar kawat berduri dibuka seperti biasanya, tepat di batas gerbang DPRD.
“Kami tidak butuh air minum, kami hanya minta kawat berduri dibuka seperti biasa di batas gerbang DPRD,” kata salah seorang perwakilan mahasiswa.
Sementara itu, polisi sempat memberikan air minum kepada massa aksi. Namun tawaran itu ditolak.
“Ini air minum,” kata salah satu petugas kepolisian.
“Jangan diambil. Kami minta kawat berduri dibuka seperti biasa. Kami tidak anarkis,” teriak massa kompak.(*)





