Bandar Lampung, RD – Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Salah satu perubahan yang sangat signifikan adalah munculnya era digitalisasi yang mengubah cara mahasiswa mengakses dan menerima informasi, termasuk dalam hal literasi membaca.
Namun, di balik kemudahan akses informasi tersebut, muncul pertanyaan penting: bagaimana minat literasi membaca mahasiswa di tengah gempuran era digital?
*Digitalisasi dan Perubahan Pola Membaca*
Digitalisasi telah menggeser pola membaca tradisional ke arah yang lebih modern. Jika sebelumnya mahasiswa lebih banyak membaca buku cetak, kini berbagai platform digital seperti e-book, jurnal online, artikel blog, dan media sosial menjadi sumber utama informasi.
Mahasiswa hanya perlu menggunakan perangkat seperti smartphone, tablet, atau laptop untuk mengakses jutaan literatur dari seluruh dunia.
Kemudahan ini tentu membawa dampak positif, seperti meningkatkan aksesibilitas terhadap sumber bacaan yang sebelumnya sulit didapatkan.
Namun, di sisi lain, kehadiran teknologi ini juga memunculkan tantangan baru. Informasi yang tersedia di dunia maya sangat berlimpah, tetapi tidak semuanya memiliki kualitas yang baik.
Mahasiswa sering kali terjebak dalam bacaan yang dangkal dan instan, seperti artikel singkat atau postingan media sosial, sehingga kurang menggali informasi secara mendalam.
Minat Literasi di Kalangan Mahasiswa
Minat literasi membaca mahasiswa di era digitalisasi menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minat membaca mahasiswa mengalami pergeseran.
Meski akses terhadap bacaan semakin mudah, minat membaca buku atau literatur akademik secara mendalam cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Distraksi Digital
Platform digital menawarkan berbagai konten menarik yang sering kali mengalihkan perhatian mahasiswa dari membaca literatur berkualitas. Media sosial, video streaming, dan gim online menjadi distraksi utama yang menyita waktu mereka.
2. Budaya Konsumsi Instan
Era digital melahirkan budaya konsumsi informasi secara instan. Mahasiswa lebih suka membaca artikel pendek atau infografis yang ringkas, dibandingkan dengan membaca buku atau jurnal yang membutuhkan waktu dan konsentrasi tinggi.
3. Kurangnya Kebiasaan Membaca Sejak Dini
Budaya literasi yang belum terbentuk dengan baik sejak dini juga menjadi faktor yang memengaruhi minat membaca mahasiswa. Tanpa kebiasaan membaca yang kuat, mahasiswa cenderung sulit untuk memprioritaskan kegiatan literasi di tengah kesibukan akademik mereka.
Strategi Meningkatkan Minat Literasi di Era Digital
Untuk meningkatkan minat literasi mahasiswa dalam membaca, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk dosen, institusi pendidikan, dan mahasiswa itu sendiri. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
1. Mengintegrasikan Teknologi dengan Literasi
Pemanfaatan teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan minat membaca. Misalnya, dosen dapat menggunakan platform digital untuk menyediakan e-book, jurnal online, atau materi pembelajaran berbasis multimedia yang menarik.
2. Mendorong Diskusi Literasi
Membentuk kelompok diskusi literasi di kampus dapat menjadi cara yang efektif untuk mendorong minat membaca. Melalui diskusi ini, mahasiswa dapat berbagi pengalaman membaca dan berdiskusi tentang isi bacaan secara mendalam.
3. Menyediakan Akses yang Mudah ke
Literatur Berkualitas Institusi pendidikan harus memastikan ketersediaan sumber literasi yang berkualitas, baik dalam bentuk cetak maupun digital. Perpustakaan kampus dapat berkolaborasi dengan platform penyedia e-book untuk menyediakan akses gratis atau berbiaya rendah bagi mahasiswa.
4. Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Literasi
Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga memahami dan mengkritisi informasi. Oleh karena itu, mahasiswa perlu diberi pemahaman tentang pentingnya literasi dalam menunjang kesuksesan akademik dan karier mereka di masa depan.
Penutup
Minat literasi membaca mahasiswa di era digitalisasi adalah isu yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius. Teknologi digital memang memberikan kemudahan akses terhadap informasi, tetapi juga membawa tantangan berupa distraksi dan budaya konsumsi instan.
Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan literasi membaca.
Sebagai generasi muda yang berada di pusat revolusi digital, mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan budaya literasi yang kuat.
Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga individu yang kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan dunia global.
(Oleh: Dr. Nuzleha, S.E., M.Si., M.M., Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sang Bumi Rua Jurai dan Dr. Ahiruddin, SE., MM.)
(Dr. Nuzleha, S.E., M.Si., M.M. adalah dosen di Program Studi Manajemen yang memiliki perhatian khusus terhadap isu-isu literasi dan pengembangan mahasiswa di era digital.)
Komentar