Foto: ilustrasi
Ranahdaerah.id
Bandar Lampung, RD – Petani Lampung yang tergabung dalam aliansi Pusat Perjuangan Rakyat Lampung (PPRL) akan turun ke jalan menggelar unjuk rasa memperingati Hari Tani Nasional (HTN) 2025 (24/9/2025).
Petani-petani dari Pringsewu, Lampung Selatan, Tanggamus, Pesawaran, Tulang Bawang, Way Kanan dan Lampung Timur akan turun ke jalan bersama buruh, masyarakat kota dan aktivis NGO’s.
Massa PPRL tersebut akan melakukan long insimarch dari Jalan WR Monginsidi menuju Kantor Gubernur Lampung.
Yohanes Joko Purwanto, Koordinator PPRL, mengatakan, pada peringatan HTN 2025, petani di Lampung menyerukan segera diselesaikannya konflik-konflik agraria yang terjadi di Lampung.
“HTN itu diperingati setiap tahun sebagai tanda lahirnya undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UUPA. Tidak hanya petani, masyarakat kota yang berkonflik agraria juga akan bersama-sama memperingatinya.” kata Joko.
“Tuntutan kami setiap peringatan HTN masih sama, laksanakan reforma agraria di seluruh Indonesia dan tanah untuk rakyat. PPRL tidak ingin melihat lagi ada petani yang terusir dari ladangnya, berkonflik dengan korporasi, dan ada yang masyarakat kota yang tergusur rumahnya karena konflik agraria.
Sementara itu, Suyatno, juru bicara PPRL, pada peringatan HTN 2025 ini, PPRL juga meminta pengakuan dan perlindungan desa definitif dalam kawasan hutan, serta pencabutan status klaim kawasan hutan di atas wilayah desa.
“PPRL juga menolak program Satgas PKH karena tidak sejalan dengan semangat reforma agraria sejati dan mmbuat petani yang berada di atas tanah yang katanya register menjadi resah dan terancam kehidupannya.
Suyatno menambahkan bahwa PPRL juga meminta pemerintah menjamin ketersediaan sarana produksi pertanian bagi petani, stabilitas harga hasil panen, dan tata niaga yang adil.
“Kami PPRL bersama Konsorsium Pembaruan Agraria Lampung juga meminta Gubernur Lampung untuk segera bentuk Tim Penyelesaian Konflik Agraria di Lampung sebagaimana pernah ada di Provinsi Lampung pada awal-awal era reformasi”, pungkasnya. (*)